Seringkali Buat Sakit Hati, Ini Cara Bijak Hadapi Mom Shaming

Di zaman media sosial yang semakin berkembang pesat seperti saat ini, makin banyak orang yang ingin memperlihatkan oleh sisi lain kehidupan mereka. Sayangnya, hal ini tak selamanya berdampak baik. Kehidupan seseorang yang terekspos di media sosial, membuat orang lain bisa dengan mudah pula memberi komentar. Salah satu yang kerap terjadi adalah mom-shaming.
Dikutip dari C.S Mott Children’s Hospital University of Michigan, mom-shaming sendiri adalah tindakan mengkritik cara pengasuhan seorang ibu secara terbuka. Tindakan ini terlihat seperti memberikan saran, namun sebenarnya mom-shaming lebih seperti upaya melabeli seseorang menjadi ibu yang buruk. Sehingga membuat ibu yang mendapat tindakan mom-shaming merasa malu dan meragukan dirinya sendiri dalam mengurus anak.

banner consideration shipping bg blue

Namun sayangnya, mom-shaming tak hanya bisa datang dari teman saja. Orang-orang terdekat seperti orang tua, mertua, bahkan suami bisa menjadi pelaku mom-shaming. Lalu bagaimana para ibu harus menghadapinya secara bijak?

1. Tetap tenang dan jangan langsung reaktif terhadap kritikan yang datang

Terkadang orang-orang tak pernah bersungguh-sungguh dengan segala ucapannya kepada orang lain. Apabila ibu mendapat omongan buruk soal cara mendidik anak, jangan langsung emosi dengan perkataan yang dialamatkan pada ibu.
Sikap tenang sangat diperlukan di kondisi ini. Sebab sekali saja langsung menunjukkan respon reaktif, seperti salah satunya mengamuk pada si pelaku mom-shaming, malah akan berdampak buruk pada mental ibu sendiri. Meski berat, paling tidak cobalah tidak memberikan respon apapun untuk sesuatu yang tak pantas untuk ditanggapi.

2. Abaikan omongan yang hanya ingin membuat mental ibu down

Para pelaku mom-shaming tak pernah memiliki pemikiran bahwa omongan mereka yang buruk bisa membuat mental ibu korban mom-shaming menjadi down. Dalam hal ini, ibu sendirilah yang bisa menjadi penolong untuk menjaga mental tetap sehat.
Jika omongan mom-shaming sudah terdengar sangat subjektif dan tak memiliki dasar, ibu harus berusaha keras mengabaikan segala omongan buruk tersebut. Jangan sampai mental ibu rusak hanya gara-gara omongan omong kosong dari sekelompok orang yang tak bertanggung jawab.

3. Curahkan isi hati pada orang terdekat yang dipercaya, salah satunya suami

Jika dirasa beban yang ditanggung para ibu korban mom-shaming sudah sangat berat, tak ada salahnya untuk membagi pada orang-orang terdekat yang dipercaya. Salah satunya siapa lagi kalau bukan suami.
Curahkan segala hal yang menjadi uneg-uneg selama ini sampai terasa lega. Terkadang kekalutan dalam pikiran bisa hilang begitu saja ketika kita memiliki teman mengobrol yang membuat kita nyaman dan dapat dipercaya.

banner consideration promotion bg blue

4. Jika pelaku mom-shaming merupakan keluarga atau orang terdekat, coba ajak bicara baik-baik

Seperti yang telah dijelaskan di atas, pelaku mom-shaming tak cuma orang lain yang bertemu di media sosial saja. Tetapi juga bisa keluarga seperti orang tua, mertua, bahkan suami sendiri.
Dalam kasus ini, kita harus berpikir lebih dalam lagi soal apa alasan keluarga terdekat sampai tega melakukan mom-shaming. Apakah sebenarnya mereka benar-benar ingin memberi saran tetapi caranya salah? Atau memang hanya karena ingin mengkritik tanpa dasar saja?
Untuk mengatasi hal ini, upayakan ada obrolan yang mendalam mengenai alasan mereka melakukan mom-shaming pada ibu. Terlebih lagi jika orang tersebut adalah orang tua atau pasangan kita sendiri.

5. Tentukan batasan ruang obrolan pribadi dengan orang lain

Mom-shaming bisa saja bermula dari obrolan dengan orang lain tanpa memberi batasan soal kehidupan pribadi, termasuk obrolan soal cara mengasuh anak yang terlalu spesifik. Untuk menghindari hal ini, sebaiknya jangan terlalu banyak berbicara hal-hal pribadi termasuk pola asuh anak dengan orang lain.
Sebab setiap pola asuh masing-masing orang tua pasti akan berbeda. Itulah mengapa, para ibu cukup menyimpan sendiri soal pola asuh anak, tanpa terlalu banyak membagikan pada orang lain yang tak memiliki hubungan keluarga apapun. Tanpa adanya batasan dalam ruang obrolan dengan orang lain, kemungkinan muncul pernyataan atau komentar yang menjurus mom-shaming akan muncul.

6. Abaikan jika dirasa sudah sangat mengganggu dan hindari berhubungan intens dengan para pelaku mom-shaming

Kesabaran tiap orang tentu ada batasnya, termasuk toleransi setiap ibu yang menerima mom-shaming kepadanya. Jika dirasa mom-shaming yang diterima sudah semakin keluar batas, maka mungkin ini saatnya mundur teratur untuk tak berhubungan lagi dengan pelaku mom-shaming.
Tak apa memiliki circle pertemanan yang kecil, namun saling mendukung. Ketimbang memiliki banyak teman, namun setiap hari harus mendengarkan banyak perkataan yang menyakitkan. Ibu jelas memiliki hak untuk keluar dari lingkaran yang berisi toxic people.

7. Sering katakan pada diri sendiri, bahwa kamu sudah melakukan yang terbaik

Setelah hari yang berat menghadapi mom-shaming, pada akhirnya diri sendirilah yang bisa menolong. Seburuk apapun perkataan orang kepada ibu, tetap yakin bahwa kamu sudah melakukan yang terbaik demi buah hati. Orang lain boleh mencaci, tapi para ibu tak boleh lupa untuk mencintai diri sendiri.

banner decision halal bebas pengawet kategori mie bg lime green

Itu dia deretan tips bijak dalam menghadapi mom-shaming. Pada akhirnya, mom-shaming bisa dikalahkan oleh rasa percaya diri yang tinggi dari diri sendiri. Jangan pernah berkecil hati terhadap pilihan-pilihan yang sudah ibu ambil untuk membesarkan buah hati. Karena setiap anak istimewa, tentu dengan caranya masing-masing.
Privacy Notice

Ikuti media sosial kami